SEJARAH SASTRA ANGKATAN 70 DAN 80



Sejarah Sastra Angkatan 70

A.    Latar Belakang Muncul Angkatan 70

        Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dami N. Toda. Menurut Dami angkatan 70 dimulai dengan novel-novel Iwan Simatupang, yang jelas punya wawasan estetika novel tersendiri. Dalam angkatan 70 mulai bergesernya sikap berpikir dan bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru baik dibidang puisi prosa maupun drama.
Pada masa 70 para penulis menggunakan media buku, majalah maupun koran untuk mempublikasikan karya-karyanya. Sebagai contoh Sutarji mempublikasikan karyanya berupa puisi dan cerpen di koran harian begitu pula Mangun Wijaya yang mempublikasikan novel khotbah diatas bukan sebagai cerita bersambung di koran. Pada masa kini bahkan dimungkinkan untuk mempublikasikan karya sastra menggunakan media elektronik seperti televisi dan internet.

B.     Sastrawan Angkatan 70

1.      Taufiq Ismail
Lahir di Bukit Tinggi, 25 Juni 1937. Di besarkan di Pekalongan, telah mulai mengumumkan sajak-sajak, cerpen-cerpen dan esai-esai nya sejak tahun 1994. Tetapi baru pada awal tahun 1966  muncul kemuka, ketika sajak-sajak yang ditulis nya dengan nama samaran Nur Fadjar diumumkan dengan Judul Tirani ditengah-tengah demonstrasi para mahasiswa dan pelajar menyampaikan “tritura”. Sajak-sajak itu seluruhnya ada 18 dan ditulis dalam waktu seminggu (tanggal 20 dan 28 februari 1966) dan diterbitkan dalam bentuk stensilan sebagai nomor khusus majalah gema psychology. Sebulan kemudian penerbitan Tirani disusul oleh benteng. Dalam kumpulan ini Taufik sudah terang-terangan mengumumkan namanya sendiri. Ketika itu kekuasaan Soekarno sudah mulai mundur. Antara tanggal 20 dengan 28 februari 1966 di Jakarta terjadi peristiwa-peristiwa penting: Demonstrasi mahasiswa dan pelajar menuntut “tritura” sudah dimulai tanggal 10 januari. Tetapi hasilnya boleh dikatakan belum ada. Soekarno tidak mendengarkan “tritura”. Kabinet Dwikora yang disinyalir mempunyai menteri-menteri yang terlibat Gestapu bukan diganti dengan kabinet yang lebih anti Gestapu, tetapi malah memasukkan menteri-menteri Gestapu lebih banyak lagi, tanggal 24 februari kabinet Dwikora yang diperbaharui akan dilantik. Para mahasiswa bergerak Demonstrasi dilakukan dengan aksi pengempesan ban mobil diseluruh kota sehingga lalu lintas lumpuh. Para Demonstran tak henti-hentinya berteriak menyuarakan tuntutannya dan mengejek para prajurit sebagai “anjing istana”. Penembakan terjadi, Arif Rachman Hakim tertembak dan wafat.  

2.      Goenawan Mohamad
Lahir di Batang, Jawa Tengah, 29 juli 1941. Ia adalah tokoh pejuang angkatan ’66 dalam bidang sastra budaya. Memimpin majalah Tempo sejak 1971 hingga tahun 1998.
Tahun 1972 mendapatkan Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia dan pada tahun 1973 ia mengikuti Festival Penyair Internasional di Rotterdam. Ia banyak menulis puisi dengan dasar dongeng-dongeng daerah atau cerita wayang disertai renungan kehidupan. Buku kumpulan puisinya adalah Parikesit (1972), Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Interclude (1973), Asmarandana (1995), dan Misalkan Kita di Sarajevo (1998).

3.      Sapardi Djoko Darmono
Puisi-puisi Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai puisi “sangat sopan”, “sangat gramatikal”, dan “sangat lembut”. Semula sang penyair tidak pernah dikaitkan dengan puisi-puisi protes atau kritik sosial, namun kesan itu hilang setelah ia menulis Ayat-ayat Api (2000). Meskipun ada kesan bahwa puisi-puisi Sapardi adalah puisi-puisi kamar yang harus dibaca dalam keadaan sunyi, namun banyak juga puisi-puisinya yang sangat populer dan dideklamasikan dalam lomba-lomba deklamasi serta dapat dikategorikan sebagai puisi auditorium (cocok untuk dibaca di pentas).

4.      Hartoyo Andang Jaya
Lahir di Solo, 1930, dan meninggal dunia di kota itu pula pada tahun 1990. Pernah menjadi guru SLTP, SMU, dan STM. Ia pernah menjadi direktur majalah kanak-kanak Si Kuncung (1962-1964). Panggilan kepenyairanya sangat kental, sehingga ia tidak mau bekerja di luar bidangnya itu. Ia meninggal dalam keadaan sakit-sakitan. Setahun kemudian, hari kematiannya diperingati di Taman Budaya Surakarta (Solo) dan Taman Ismail Marzuki (Jakarta). Karyanya antara lain Simfoni Puisi (bersama D.S. Moeljanto, 1945) dan Buku Puisi (1973).
                                     
5.      Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji Calzoum Bachri pernah menyatakan diri sebagai “Presiden Penyair Indonesia”. Pelopor penulisan puisi konkret dan mantra ini akhir-akhir ini banyak terlibat dalam pembacaan puisi di sekolah dalam rangka pembinaan apresiasi puisi. Ia merintis bentuk baru dalam perpuisian Indonesia, yaitu puisi konkret dan mantra, puisi itu dikembalikan pada kodratnya yang paling awal yaitu sebagai kekuatan bunyi yang tidak “dijajah” oleh makna atau pengertian.
Sutardji lahir di Rengat, Riau, 24 juni 1941. Ia pernah mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1993) dan dari Dewan Kesenian Jakarta (1976-1977) juga dari South East Asia Write Award (Bangkok, 1981).
Kumpulan puisinya berjudul O, Amuk Kapak (1981). Selain itu, kritik sastranya dilontarkan dalam masalah penulisan terkenal dengan nama kredo puisi.

6.      Abdul Hadi W.M.
Abdul Hadi Wiji Muntari lahir di sumenep pada tanggal 24 juni tahun 1944, ia pernah kuliah di Fakultas Sastra UGM hingga Sarjana Muda (1967), Fakultas Filsafat UGM (1968-1971) dan Universitas Padjajaran (1971-1973), dia pernah tinggal di pulau penang. Selain itu, dia bekerja sambil belajar di Universitas Sains Malaysia sejak tahun 1991. Kumpulan puisinya Riwayat (1967), Laut Belum Pasang (1972), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975), Meditasi (1976), Tergantung pada Angin (1977) dan Anak Laut Anak Angin (1984).

7.      Yudhistira Adhi Nugraha Massardi
Lahir di Subang, Jawa Barat, 28 Februari 1954. Novelnya yang terkenal yaitu Arjuna Mencari Cinta (1977) dan Dingdong (1978). Sementara itu kumpulan puisinya dibukukan dalam Omong Kosong (1978), Sajak Sikat Gigi (1978), Rudi Jalak Gugat (1982). Puisi-puisinya mirip dengan puisi mbling, yaitu puisi yang keluar dari pakem penulisan puisi yang harus memperhatikan rima, bunyi, verifikasi, dan tipografi, tapi bukan berarti bahwa puisinya dibuat dengan main-main atau tanpa kesungguhan.

8.      Apip Mustopa
Lahir di Garut, 23 April 1938. Terakhir bekerja sebagai pengasuh ruang sastra budaya RRI Manokwari (1969-1970). Karyanya ditulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Puisi-puisinya juga dimuat dalam antologi sastra karya Ajip Rosidi Laut Biru Langit Biru.

9.      D. Zawami Imron
Lahir di Sumenep, Madura dan memperoleh pendidikan di lingkungan pesantren. Ia pernah mendapat Hadiah Penulisan Puisi dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985). Buku kumpulan puisinya adalah Semerbak Mayang (1977), Bulan Tertusuk Larang (1980), Nenek Moyangku Air Mata (1985), Cerulit Emas (1986), Bantalku OmbakSelimutkuAngin (1996), Semerbak Mayang (1997), dan Madura Aku Darah-Mu (1999).

10.  Iwan Simatupang
Lahir 18 januari 1928 di Sibolga, Sumatera Utara dan meninggal 4 Agustus 1970 di Jakarta. Ia pernah mengikuti kuliah di Fakultas Kedokteran di Surabaya, memperdalam antropologi dan drama di Belanda, serta belajar filsafat di Paris.
Di antara karya-karyanya Merahnya merah (roman), Kering (roman), Ziara (roman), Kooong (roman).

11.  Danarto
Lahir di Sragen Jawa Tengah 27 Juni 1940 adalah penulis dan sastrawan Indonesia. Karyanya yang terkenal diantaranya adalah kumpulan cerpen, godlob. Kumpulan cerpennya yang lain Adam ma’rifatmemenangkan hadiah sastra 1982 dewan kesenian Jakarta dan hadiah buku utama 1982. Tahun 2009 Danarto menerima Ahmad Bakrie Award untuk bidang kesusastraan.

12.  Putu Wijaya
Lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan Bali 11 April 1944 adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga scenario, film dan sinetron. Karyanya Orang-orang Mandiri (Drama), Lautan Bernyayi (Drama), Telegram (Novel), Stasiun (Novel), Hah (Novel), Keok (Novel), Anu (Drama), MS (Novel), Sobat (Novel), Tak Cukup Sedih (Novel).

C.    Ciri-Ciri Angkatan 70
Pada masa ini para pengarang sangat bebas berkesperimen dalam penggunaan bahasa   dan bentuk , seperti dikatakan ajip rosidi ( 1977; 6) dalam laut biru langit biru bahwa mereka seakan – akan menjajaki sampai batas kemungkinan bahasa indonesia sebagai alat pengucapan sastra , disamping mencoba batasa – batas kemungkinan berbagai bentuk , baik prosa maupun puisi ,sehingga perbedaan antara prosa dan puisi kian tidak jelas.

1.      PUISI
a). Struktur fisik
Puisi bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan ,
kata , frase atau kalimat .
·         Gaya bahasa paraleisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk memperoleh efek yang sebesar–besarnya serta menonjolkan tipografi
·         Puisi kongret sebagai eksperimen
·         Banyak menggunakan kata – kata daerah untuk memberi kesan ekspresif
·         Banyak menggunakan permainan bunyi
·         Gaya penulisan yang prosais
·         Menggunakan kata yang sebelumnya tabu

b). Struktur Tematik
·         Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi
·         Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subyek dan bukan obyek pembangunan
·         Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistik
·         Cerita dan pelukisan bersifat alegoris dan parabel
·         Perjuangan hak – hak asasi manusia , kebebasan , persamaan , pemeratan dan terhindar dari pencemaran teknologi modern
·         Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewqenag – wenang terhadap mereka yang lemah dan kritik terhadap penyeleweng

2.      PROSA DAN DRAMA
Struktur fisik
Melepaskan ciri konvensional , menggunakan pola sastra ” absurd ” dalam tema , alur , tokoh maupun latar. Menampakkan ciri latar kedaeraan ” warna lokal ”.

a)      Struktur Tematik
Sosial : politik , kemiskinan ,Kejiwaan ,Metafisik

Sastrawan dan Karya Sastra Angkatan 70-an

1). Putu Wijaya
a.       Orang-orang Mandiri (drama);
b.      Lautan Bernyanyi (drama);
c.       Telegram (novel);
d.      Aduh (drama);
e.       Pabrik (novel);
f.       Stasiun (novel);
g.      Hah (novel);
h.      Keok (novel);
i.        Anu (drama);
j.        MS (novel);
k.      Sobat (novel);
l.        Tak Cukup Sedih (novel);
m.    Dadaku adalah perisaiku (kumupulan sajak);
n.      Ratu (novel);
o.      Edan (novel);
p.      Bom (kumpulan cerpen).

2)      Iwan Simatupang
a)   Merahnya Merah (roman);
b)   Kering (roman);
c)   Ziarah (roman);
d)  Kooong (roman);

3)      Danarto
a)    Godolb (kumpulan cerpen);
b)   Obrok owok-owok, Ebrek ewek-ewek (drama);
c)    Adam ma’rifat (kumpulan cerpen);
d)   Berhala;
e)    Orang Jawa Naik Haji (1984);
f)    Bel Geduwel Beh (1976)

4)      Budi Darma
a)    Solilokui (kumpulan essai);
b)   Olenka (novel);
c)    Orang-orang Bloomington (kumpulan cerpen);

5)      Sutardji Calzoum Bachri
a)    (kumpulan sajak);
b)   Amuk ( kumpulan sajak);
c)    Kapak (kumpulan sajak).

6)      Arifin C. Noer
a)    Kapai-kapai (drama);
b)   Kasir Kita (drama satu babak);
c)    Orkes Madun (drama);
d)   Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);
e)    Sumur tanpa dasar (drama);
f)    Tengul (drama).

7)      Darmanto Jatman
a)    Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak);
b)   Dalam Kejaran Waktu (novel);
c)    Bangsat (kumpulan sajak);
d)   Sang Darmanto (kumpulan sajak);
e)    Ki Balaka Suta (kumpulan sajak).

8)      Linus Suryadi
a)    Langit Kelabu (kumpulan sajak);
b)   Pengakuan Pariyem (novel)
c)    Syair-syair dari Jogja (kumpulan sajak);
d)   Perang Troya (cerita anak);
e)    Dari Desa ke Kota (kumpulan essai);
f)    Perkutut Manggung (kumpulan sajak)
g)   Gerhana Bulan (kumpulan sajak).

D.    Peristiwa-Peristiwa Penting
Iskandarwasid, dkk. (1997-1998:150-179) menyebutkan bahwa pada periode ini tercatat beberapa peristiwa penting, antara lain seperti berikut ini.
1)      Pada tahun 1970, H. B. Jassin diadili. Majalah yang dipimpinnya dituduh memuat cerita pendek yang menghina agama Islam.
2)      Tahun 1973, Sutardji Calzoum Bachri mengumumkan kredo puisinya. Masih pada tahun ini muncul istilah Aliran Rawamangun dan M. S. Hutagalung.
3)      Pada bulan September tahun 1974 diselenggarakan pengadilan di Bandung. Masih pada bulan September diselenggarakan “Jawaban Atas Pengadilan Puisi” yang dilangsungkan di Jakarta.
4)      Pada tahun 1975 diselenggarakan “Diskusi Besar Cerita Pendek Indonesia” di Bandung.
5)      Tahun 1977 muncul istilah Angkatan ‘70, dilontarkan oleh Dami N. Toda.
6)      Tahun 1980 novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer dilarang oleh pemerintah. Demikian pula untuk novel-novel lainnya (1985, 1987, 1988).
7)      Pada bulan Agustus tahun 1982 diadakan seminar “Peranan Sastra dalam Perubahan Masyarakat” yang diselenggarakan di Jakarta.
8)      Pada tahun 1984 muncul masalah sastra kontekstual, serta jadi topik diskusi.


DAFTAR PUSTAKA

Rismawati. 2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya
Akademika
http://gudangilmudantulisan.blogspot.com/2014/11/sastra-angkatan-70.html
http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/10/makaah-sejarah-sastra-angkatan 
70an.html





Sejarah Sastra Angkatan 80
A.    Latar Belakang Munculnya Sastra  Angkatan 80
Sastra Angkatan 80-an berada di tengah lingkungan yang masyarakatnya mengalami depolitisasi yang nyaris total. Aktivitas-aktivitas politik mahasiswa ditertibkan dan mahasiswa sepenuhnya dijadikan organ kampus yang dilepaskan dari segala macam aktivitas politik.  Politik stabilitas, security approach, normalisasi kehidupan kampus, dan asas tunggal merupakan lingkungan tempat para sastrawan era 80-an hidup. Majalah  sastra hanya ada Horison dan Basis.
Karya sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi tersebut. Oleh karena itu, sastra yang muncul pun jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.
Globalisasi dengan ekonomi sebagai panglima menempatkan pusat dunia tidak lagi pada lembar-lembar diskursif sastrawi. Jargon-jargon politik yang hiruk-pikuk dan menakutkan telah berlalu. Mereka digantikan oleh jargon-jargon modisme yang meriah, kerlap-kerlip, dan tidak terasa menakutkan.
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka,Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Mira.W dan Marga.T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Namun, yang tak boleh dilupakan pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya.
Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Sastra popular atau yang lebih dikenal dengan sebutan sastra pop, dianggap
sebagai sastra yang esensinya lebih rendah dari sastra non-pop.
Sastra pop dianggap tidak memiliki keindahan dari segi pemaknaan karena sekali baca seorang pembaca bisa langsung mengetahui makna yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Tidak seperti sastra non-pop, sastra pop cenderung lebih mengutamakan permintaan pasar daripada keindahan estetik yang tersaji lewat penyampaian maupun makna yang tersirat di dalam karya tersebut.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandaniTitie Said, antara lain: La RoseLastri FardhaniDiah HadaningYvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.     
                                                 
B.     Karakteristik Sastra Angkatan 80
1.      Puisi yang dihasilkan bercorak spritual religius, seperti karya yang berjudul “Kubakar Cintaku” karya Emba Ainun Najib.
2.      Sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
3.      Sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
4.      Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
5.       Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan.
6.      Bahasa yang digunakan  realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
7.      Terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
8.      Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflikdengan pemikiran timur.
9.      Didominansi oleh roman percintaan.
10.  Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat yang tokoh utamanyamempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya

C.    Tokoh-tokoh Sastra Angkatan 80
1.      Hilman Hariwijaya
2.       Marga T
3.      Nh. Dini
4.       Mira Widjaja
5.      Ahmadun Yosi Herfanda

D.    Karya-karya Sastra Angkatan 80
Tokoh angkatan 80-an dapat dikenal melalui karya-karyanya yang apik. Beberapa dari karya sastra tersebut pun menuai kesuksesan pada zamannya.
              Berikut adalah beberapa karya sastra pada angkatan 80-an:
1.      Hilman Hariwijaya
a.      Lupus
Lupus adalah karakter tokoh laki-laki yang diciptakan Hilman ditahun 1986 melalui cerpen di majalah Hai. Dibukukan pada bulan November 1986. Diceritakan Lupus berprofesi sebagai pelajar dan wartawan muda di majalah Hai. Ia tinggal bersama Mami dan adiknya yang bernama Lulu.

b.      Olga
Olga adalah karakter tokoh wanita yang diciptakan Hilman pada tahun 1990 di majalah Mode. Pertama kali dibukukan pada Juli 1990. Diceritakan Olga sebagai pelajar yang bekerja sampingan sebagai penyiar radio di Radio Ga Ga. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya, dan memiliki sahabat, Wina. Seri ini telah dijadikan 1 judul film dan 3 musim sinetron dengan Desy RatnasariSarah SechanMelly Manuhutu, dan Sissy Priscillia berperan sebagai Olga.

c.       Lulu
Lulu adalah pemekaran dari cerita Lupus, tokoh sang adik. Buku ini ditulis Hilman bersama Boim LeBon dan Gusur Adhikarya.

d.      Keluarga Hantu
Keluarga Hantu adalah seri keempat Hilman yang ditulis bersama Boim. Mengisahkan tentangLuyut, anak hantu yang ingin mencoba bergaul dengan manusia. Namun ditentang oleh Nates(ayah) dan Kanalitnuk (ibu).

e.       Vanya
Vanya adalah seri kelima karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra pada tahun 1994. Dikisahkan Vanya adalah wanita Jakarta yang kuliah di Bandung. Buku ini telah disinetronkan dan diperankan oleh Astrid Tiar.

f.       Vladd
Vladd adalah seri keenam karya Hilman yang ditulis bersama A. Mahendra. Dikisahkan Vladd adalah pelajar SD yang genius.Selain buku, Hilman Hariwijaya juga menciptakan sinematografi.


2.      Marga T
Daftar berikut ini memuat sebagian dari karya Marga Tjoa:
No
Judul
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Sekali dalam 100 tahun: kumpulan satir
Tesa
Sembilu Bermata Dua
Setangkai Edelweiss
Untukmu Nana
Saskia: sebuah trilogi
Bukit Gundaling
Rahasia Dokter Sabara
Saga Merah
Fatamorgana
Monik: sekumpulan cerpen
Sebuah Ilusi
Lagu Cinta: kumpulan cerpen
Sepotong Hati Tua
Bukan Impian Semusim
Gema Sebuah Hati
1990
1990
1989
1988
1986
1987
1987
1987
1987
1988
1988


















3.      Nh. Dini
Peraih penghargaan SEA Write Award dibidang sastra dari Pemerintah Thailand ini sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia, padahal ia sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya. Ia digelari pengarang sastra feminis. Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
Beberapa karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama NH Dini, ini yang terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977),Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novel, atau cerita kenangan. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita
     
4.      Mira Widjaja
Novel Mira Widjaja yang paling terkenal berjudul “di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi” yangditerbitkan pada tahun 1980. Ia terus menghasilkan karya, berkiblat pada penulis-penulis seperti Nh. DiniAgatha ChristieY. B. Mangunwijaya dan Harold Robbins. Mira, bersama dengan Marga T, dianggap sebagai pelopor penulis keturunan Tionghoa di Indonesia, menjadi inspirasi bagi penulis-penulis berikutnya seperti Clara Ng.
Hingga tahun 1995, Mira telah menerbitkan lebih dari 40 novel, kebanyakan di antaranya telah diangkat menjadi film dan sinetron, termasuk Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, dan Permainan Bulan Desember.

5.      Ahmadun Yosi Herfanda
Karya-karya Ahmadun dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri, antara lain, HorisonUlumul Qur'anKompasMedia IndonesiaRepublika, Bahana (Brunei), antologi puisi Secreets Need Words (Ohio University, A.S., 2001), Waves of Wonder(The International Library of Poetry, Maryland, A.S., 2002), jurnal Indonesia and The Malay World(London, Inggris, November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995).
Beberapa kali sajak-sajaknya dibahas dalam "Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman" (Deutsche Welle). Cerpennya, Sebutir Kepala dan Seekor Kucing, memenangkan satu di antarapenghargaan dalam Sayembara Cerpen Kincir Emas 1988 Radio Nederland (Belanda) dan dibukukan dalam Paradoks Kilas Balik (Radio Nederland, 1989). Tahun 1997 ia meraih penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Beberapa buku karya Ahmadun yang telah terbit sejak dasawarsa 1980-an, antara lain:
a.      Ladang Hijau (Eska Publishing, 1980),
b.      Sang Matahari (kumpulan puisi, bersama Ragil Suwarna Pragolapati, Nusa Indah, Ende, 1984),
c.       Syair Istirah (bersama Emha Ainun Nadjib dan Suminto A. Sayuti, Masyarakat Poetika Indonesia, 1986).
d.      Sajak Penari (kumpulan puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, 1990),
e.      Sebelum Tertawa Dilarang (kumpulan cerpen, Balai Pustaka, 1997).
f.        Fragmen-fragmen Kekalahan (kumpulan sajak, Forum Sastra Bandung, 1997),
g.      Sembahyang Rumputan (kumpulan puisi, Bentang Budaya, 1997).
h.     Ciuman Pertama untuk Tuhan (kumpulan puisi, bilingual, Logung Pustaka, 2004).
i.        Sebutir Kepala dan Seekor Kucing (kumpulan cerpen, Bening Publishing, 2004),
j.        Badai Laut Biru (kumpulan cerpen, Senayan Abadi Publishing, 2004).
k.      The Warshipping Grass (kumpulan puisi bilingual, Bening Publishing, 2005).
l.        Resonansi Indonesia (kumpulan sajak sosial, Jakarta Publishing House, 2006).
m.   Koridor yang Terbelah (kumpulan esei sastra, Jakarta Publishing House, 2006).Yang Muda yang Membaca (buku esai panjang, Kemenegpora RI, 2009).
n.     Sajadah Kata (kumpulan puisi, Pustaka Littera, 2013).

E.     Kualitas Sastra Angkatan 80
Setiap angkatan karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti  padaa angkatan 80.

a.      Kelebihan karya sastra angkatan 80
1)      Memiliki wawasan estetik yang luas.
2)      Bertema tentang roman percintaan dan kisah kehidupan yang indah bagi masyarakatsehingga memberi kesan kebahagiaan bagi pembacanya.
3)      Menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra;
4)      Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional
5)      Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya.
6)      Periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat dan.
7)      Karyasastraera 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop.

b.      Kekurangan karya sastra angkatan 80
1)      Karya sastra angkatan 80-an diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan dipengaruhi oleh kegiatan politik.
2)      Karya sastra yang lahir pada tahun 80-an dipengaruhi proses depolitisasi.
3)      Sastra yang muncul jadi tidak sesuai dengan realitas sosial politik serta tidak menunjukkan kegelisahan dan kesakitan kolektif masyarakat pada masa itu.


DAFTAR PUSTAKA

Rismawati. 2017. Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya
Akademika
Manda, Nursyam. 2009. “Karakteristik Karya
Galang, Anandya. 2008. “Sastra Angkatan 80


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NAMA BANTARA SMAN 1 CIWARU TAHUN 2014-2015

BANTARA  SMAN 1 CIWARU TAHUN 2014-2015 Azmi Zukhruf . F Agung Saepudin Deden Darmawan Ika Irawan ...