Sejarah Sastra Angkatan ‘45
A. Sejarah
Sejarah Istilah Angkatan ‘45 adalah
sebuah nama bagi angkatan (penyair) setelah mulai pudarnya eksistensi periode
Pujangga Baru, istilah Angkatan ‘45 sendiri secara lugas baru digunakan pertama
kali oleh Rosihan Anwar dalam majalah Siasat yang diterbitkan pada tanggal 9 Januari 1949 (Teew, 1980:169).
Terlepas dari bagaimana polemik yang menyertai penamaan tersebut. Mengingat
rangkaian periode dalam sastra tidak bisa dibayangkan seperti balok-balok batu
yang dijajarkan secara berurutan, melainkan saling tumpang tindih (Wellek via
Pradopo, 1995:3). Prof. Rachmat Djoko Pradopo (1995:20-27)
menyebutkan bila Angkatan 45 dimulai dari tahun 1940 dan berakhir tahun 1955.
Meskipun demikan sajak tertua yang yang terdapat pada antologi Gema Tanah Air
adalah tanggal 28 Nopember 1942, yaitu sajak Bunglon karya Ashar. Sedangkan sajak Nisan yang
merupakan sajak tertua sosok yang sering disebut sebagai motor Angkatan 45,
Chairil Anwar, bertanggal Oktober 1942. Pradopo menambahkan bila masa produktif
Angkatan 45 adalah tahun 1943-1953. Setelah sepuluh tahun masa kejayaan itu
karya penyairpenyair Angkatan ‘45 mulai sulit ditemukan, kecuali Mochtar Lubis
dan Sitor Situmorang yang selepas tahun 1953 masih mempublikasikan terus
sajak-sajaknya. Sepanjang masa-masa kejayaan tersebut sebagian besar
karya-karya penyair Angkatan ‘45 belum dipublikasikan dalam bentuk buku,
sajak-sajak mereka hanya terpublikasikan lewat majalah. Bahkan sajak-sajak
Chairil baru diantalogikan pada tahun 1949, setelah Chairil meninggal dunia.
Sesuai dengan pengertian periode sastra yang diberikan Wellek (dalam Pradopo,
1995:2), periode Angkatan 45 juga dikuasai oleh suatu sistem atau norma sastra
yang berbeda dari periode sebelumnya. Perbedaan konvensi sastra tersebut
terlihat dari ciri-ciri estetik dan ciri-ciri ekstra estetik yang membedakan
kedua periode tersebut. Salah satu ciri ekstra estetik yang menonjol pada
Angkatan ‘45 adalah individualisme yang tercermin pada karya-karya yang dihasilkannya
(Pradopo, 1995:27).
B. Tokoh-Tokoh
dan Karya
Pelopor Angkatan
‘45 Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” adalah pelopor
Angkatan ‘45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang
terkesan sangat lugas, solid, dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin
memolopori puisi modern Indonesia. Chairil Anwar tidak tumbuh sendiri dalam
sebuah ruang kosong. Masa-masa kehadirannya merupakan masa-masa yang subur dan
menarik dilihat dari berbagai segi. Secara sosial, saat itu merupakan masa
revolusioner, yakni sebuah masa peralihan dari situasi sebagai bangsa terjajah
menuju gairah kemerdekaan dari sebuah bangsa yang muda. Masa-masa itu, juga
merupakan masa-masa spektakuler dalam jalan sejarah dan tata dunia.
Beberapa sastrawan yang menjadi pelopor Angkatan 45, di
antaranya sebagai berikut.
a.
Chairil Anwar
Lahir
di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil
menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya
dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke,
W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron.
Karya-karya Chairil Anwar
1.
Buku-buku
-
Deru
Campur Debu (1945)
-
Kerikil
Tajam (1949)
-
Yang
Terampas dan yang Putus (1949)
-
Tiga
Menguak Takdir (1950)
-
Derai-derai
Cemara (1948)
-
Pulangnya
Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
-
Kena
Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck
2. Terjemahan
dalam Bahasa Asing
-
Sharp
Gravel, Indonesia Poems (1960)
-
Cuatro
Poemas Indonesions (1962)
-
Chairil
Anwar: Selected Poems (1963)
-
Only
Dust: Three Modern Indonesian Poems (1969)
-
The
Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar (1970)
-
The
Complete Poems of Chairil Anwar (1974)
-
Jassin
(1974)
-
Feuer
und Asche: Samtliche Gedichte (1978)
-
The
Voice of The Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar (1993)
b. Asrul
Sani
Lahir
di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004.
Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya
sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky,
Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William
Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.
c. Rivai
Apin
Lahir
di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995.
Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru.
Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun
1979.
d. Idrus
Lahir
di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai:
Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant. Pada masa
Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysia karena tekanan lembaga tersebut.
e. Achdiat
Karta Mihardja
Lahir
di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010.
Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan
Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.
f. Trisno
Sumardjo
Lahir
1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga
sebagai pelukis.
g. Utuy
Tatang Sontani
Lahir
di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah
utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan, 1958.
Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.
C. Karya
Sastra Angkatan 45
Beberapa karya sastra yang dihasilkan angkatan 45, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Kerikil
Tajam (Chairil Anwar, 1949)
2.
Deru
Campur Debu (Chairil Anwar, 1949)
3.
Tiga
Menguak Takdir (Asrul Sani, Rivai Apin dan Chairil Anwar, 1950)
4.
Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus, 1948)
5.
Atheis
(Achdiat K. Mihardja, 1949)
6.
Katahati
dan Perbuatan (Trisno Sumardjo, 1952)
7.
Suling
(Utuy Tatang Sontani, 1948)
8.
Tambera
(Utuy Tatang Sontani, 1949)
kemerdekaan. Pelopor Angkatan 45 pada bidang puisi adalah
Chairil Anwar, sedangkan pelopor Angkatan 45 pada bidang prosa adalah Idrus.
Karya Idus yang terkenal adalah Corat-Coret di Bawah Tanah pelopor Angkatan 45
(essai) karya H.B.Jassin, dan sebagainya Karya Angkatan 45 memiliki kedekatan
yang intim dengan realitas politik.
D.
Karakteristik
Sastra Angkatan 45
a.
Revolusioner dalam bentuk dan isi. Membuang tradisi lama dan
menciptakan bentuk baru sesuai dengan getaran sukmanya yang merdeka.
b.
Mengutamakan isi dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena itu
bahasanya pendek, terpilih, padat berbobot. Dalam proses mencari dan menemukan
hakikat hidup. Seni adalah sebagai sarana untuk menopang manusia dan dunia yang
sedalam-dalamnya.
c.
Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang jernih.
d.
Individualis, lebih mengutamakan cara-cara pribadi.
e.
Humanisme universal, bersifat kemanusiaan umum. Indonesia dibawa
dalam perjuangan keadilan dunia.
f.
Tidak terikat oleh konvesi masyarakat yang penting adalah
melakukan segala percobaan dengan kehidupan dalam mencapai nilai kemansiaan dan
perdamaian dunia.
g. Tema yang dibicarakan:
humanisme, sahala (martabat manusia), penderitaan rakyat, moral, keganasan
perang dengan keroncongnya perut lapar.
E. Ciri-Ciri Angkatan 45
1. Terbuka,
2. Pengaruh
unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
3. Bercorak
isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
4. Sastrawan
periode ini terlihat menonjol individualismenya,
5. Dinamis
dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
6. Penghematan
kata dalam karya,
7. Lebih
ekspresif dan spontan,
8. Terlihat
sinisme dan sarkasme,
DAFTAR
PUSTAKA
Rismawati.2017.perkembaangan sejarah sastra indonesia. Banda Aceh :
Bina Karya
Akademika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar